Kamis, 06 November 2014

makalah kawasan pemanfaatan bagian difusi dan inovasi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Difusi dan inovasi merupakan salah satu cakupan dari kawasan pemanfaatan. Difusi disebut sebagai proses suatu inovasi dikomunikasikan, diadopsi, dan dimanfaatkan oleh warga masyarakat tertentu. Melalui proses difusi tersebut memungkinkan suatu inovasi diketahui oleh banyak orang dan dikomunikasikan sehingga tersebar luas dan akhirnya digunakan di masyarakat. Dalam konteks teknologi pembelajaran, inovasi mengacu kepada pemanfaatan teknologi canggih, baik perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware) dalam proses pembelajaran. Tujuan utama aplikasi teknologi baru ini adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran, efektifitas dan efisiensi. Metode dan strategi pembelajaran juga merupakan sebuah inovasi dalam pembelajaran.  
Dalam proses difusi inovasi kadang kala membawa keberhasilan yang gemilang karena inovasi diterima dengan baik oleh masyarakat, dan kadang kala mengalami kendala sehingga menghambat keberhasilan dan bahkan kegagalan karena ditolak oleh masyarakat. Dengan demikian, proses difusi inovasi mendatangkan konsekuensi-konsekuensi. Menciptakan sebuah inovasi memang tidak semudah yang dibayangkan, bahkan ketika inovasi tersebut telah mampu tercipta, maka untuk menginformasikan kepada khalayak umum agar inovasi tersebut dapat diimplementasikan juga termasuk pada tahap pengerjaan proses yang sangat sulit karena secara langsung kita berhubungan dengan masyarakat luas. Dan tidak semua masyarakat dapat menerima segala bentuk perubahan.
Sebagai bahan acuan kita harus mengetahui teori atau kajian mendalam perihal difusi dan inovasi, bagaimana proses pembentukkannya, dan bagaimana bentuk pengaplikasiannya dalam teknologi pembelajaran.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebgai berikut :
1.      Teori atau kajian tentang difusi dan inovasi
2.      Aplikasi difusi inovasi dalam teknologi pembelajaran
C.     Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah hanya berada pada ruang lingkup difusi dan inovasi yang merupakan salah satu cakupan dari kawasan pemanfaatan.

D.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisannya yaitu :
1.         Dapat memahami teori difusi dan inovasi
2.         Mengetahui bagaimana aplikasi difusi dan inovasi dalam teknologi pembelajaran

E.     Manfaat Penulisan

1.         Bagi Mahasiswa
Terutama bagi jurusan Teknologi Pendidikan sebagai dasar pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana sesungguhnya proses difusi dan inovasi itu terjadi, agar diharapkan di masa yang akan datang merekalah yang akan menjadi inovator dalam dunia pendidikan.

2.         Bagi Masyarakat
Sebagai acuan dan pedoman dalam menerima perubahan yang terjadi agar masyarakat tidak hanya saja menerima dan mematuhi perubahan tanpa mengavaluasi baik buruknya sebuah inovasi.

3.         Pemerintah
Sebagai bahan acuan untuk mempertimbangkan keputusan pengesahan inovasi apakah inovasi yang diciptakan pantas atau tidak untuk diberi persetujuan dengan menomorsatukan kepentingan bersama.








BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Teori Difusi dan Inovasi

1. Pengertian Difusi
Menurut Everett Rogers (1995) difusi adalah sebagai berikut :

Diffusion as the process by which an innovation is adopted and gains acceptance by members of  a certain community. A number of factors interact to influence the diffusion of an innovation. The four major factors that influence the diffusion process are the innovation it self, how information about the innovation is communicated, time, and the nature of the social system into which the innovation is being introduced.
Difusi diartikan sebagai proses suatu inovasi dikomunikasikan, diadopsi, dan dimanfaatkan oleh warga masyarakat tertentu. Difusi merupakan suatu proses mengkomunikasikan inovasi melalui suatu saluran dalam suatu rentang waktu di antara anggota suatu sistem sosial, termasuk sistem pendidikan. Melaui proses difusi tersebut, memungkinkan suatu inovasi diketahui oleh orang banyak dan dikomunikasikan sehingga menyebar luas dan akhirnya digunakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota system sosial tertentu. Anggota sistem sosial tertentu yaitu individu, kelompok informal, organisasi, dan atau subsistem (Rogers, 1995).
Dalam proses difusi terjadi terjadi interaksi antara empat komponen, yaitu : a)karakteristik inovasi itu sendiri; b)bagaimana informasi tentang inovasi itu dikomunikasikan; c)waktu; d)sifat sistem sosial di mana inovasi diperkenalkan.

2. Pengertian Inovasi
Inovasi berasal dari kata latin,innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Inovasi adalah suatu perubahan baru menuju ke arah perbaikan atau berbeda dari yang ada sebelumnya, dilakukan dengan sengaja dan berencana (Fuad Ihsan,2005:191). Inovasi adalah suatu objek atau gagasan yang dianggap baru oleh individu atau unit  yang mengadopsi. Dengan kata lain, inovasi berarti sebagai suatu ide, temuan, cara, atau objek yang dianggap baru oleh individu, organisasi, atau sistem sosial (Purwanto,2000).
Bentuk inovasi dalam system pembelajaran dapat bervariasi, namun mengarah pada tujuan untuk mrningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran bagi peserta didik. Inovasi harus berpusat atau bertitik tolak dan diciptakan atas dasar kesesuaiannya dengan peserta didik. Inovasi selalu menciptakan perubahan yang dinamis dari waktu ke waktu dan dari lingkungan budaya yang satu ke lingkungan budaya yang lain dari peserta didik.


3. Teori Difusi dan Inovasi
Teori difusi yang paling banyak dikenal adalah yang diajukan oleh Everett M.Rogers dalam bukunya Difussion of Innovation, yang menyediakan suatu tinjauan komprehensif tentang teori difusi inovasi. Rogers mengemukakan empat teori difusi inovasi, yaitu :
a. Teori proses keputusan inovasi
                        Menurut teori ini, suatu inovasi yang didifusikan memrlukan waktu untuk sampai kepada keputusan diterima atau ditolak oleh pengadopsi. Dalam prosesnya melalui lima tahap sebagai berikut :
1)      Knowledge (pengetahuan) yaitu mengetahui akan suatu inovasi dan memperoleh suatu pemahaman dasar akan inovasi yang dimaksud.
2)      Persuasion (persuasi) yaitu memberikan kesan positif atau negatife akan inovasi tersebut.
3)      Decision (keputusan) yaitu memberikan keputusan apakah inovasi tersebut diterima atau ditolak. Dalam tahap keputusan, keputusan mengadopsi atau menolak sangat tergantung pada sikap yang terbentuk selama tahap persuasi.
4)      Implementation (implementasi) yaitu inovasi yang diterima, secara fakta digunakan.
5)      Confirmation (konfirmasi) yaitu mencari informasi tentang inovasi untuk melanjutkan atau tidak dalam menggunakan inovasi. Dalam tahap konfirmasi, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi,yaitu : (1)memutuskan untuk mengadopsi dan terus menggunakan atau berbalik menghentikan; dan (2)memutuskan untuk mengadopsi kemudian atau menunda adopsi, atau terus menolak.
b. Teori keinovatifan individual
Teori ini menyatakan bahwa untuk inovasi yang sudah ada , sebuah presentase tertentu dari populasi dengan siap akan mengadopsi inovasi, sementara yang lain ada kemungkinan untuk tidak memngadopsi. Menurut Rogers, ada suatu distribusi normal dari kategori-kategori pengadopsi yang beragam yang membentuk kurva Bell. Orang-orang inovatif akan mengadopsi suatu inovasi lebih awal daripada mereka yang kurang inovatif. Berdasarkan teori ini individu dapat digolongkan atau dikelompokkan menjadi lima kategori yang memiliki angka perkiraan tentang jumlah presentasenya,yang membentuk kurva normal, yaitu dari sangat inovatif sampai tidak inovatif.


c. Teori kecepatan adopsi
Teori ini menyatakan bahwa inovasi didifusikan dalam waktu yang terpola dalam suatu kurva ketajaman yang dikenal S-shaped adoption curve. Kecepatan adopsi suatu inovasi berjalan mulai dari tahapan lambat, tumbuh secara gradual, kemudian bertambah secara dramatic dan cepat, setelah itu diikuti masa stabil. Periode ekspansi yeng cepat tersebut terjadi ketika faktor-faktor teknis dan sosial berkombinasi untuk menjadikan inovasi tersebut mengalami pertumbuhan yang dramatik. Sebgai contoh : banyak faktor-faktor yang berkombinasi sehingga terjadi penerimaan yang meluas akan WWW (Worl Wide Web) antara tahun 1995 dan 2000.
Kecepatan inovasi untuk diadopsi tergantung pada lima faktor sebagai berikut:
a. Inovasi kan cepat diadopsi bila mendatangkan keutungan relative bagi calon pengadopsi.
b. Inovasi akan cepat diadopsi bila sesuai bagi calon pengadopsi, baik dilihat dari sisi pengetahuan dan pengalaman, maupun dari sisi tata nilai serta budayanya.
c. Inovasi akan cepat diadopsi bila tidak terlalu kompleks bagi calon pengadopsi. Bila terlalu kompleks sampai sulit dipahami maka inovasi akan lambat diadopsi.
d. Inovasi akan cepat diadopsi bila dapat dicoba oleh calon pengadopsi.
e. Inovasi akan cepat diadopsi bila hasilnya dapat diamati oleh calon pengadopsi.




d. Teori persepsi tentang atribut inovasi
Menurut teori ini, orang yang berpotensi menjadi pengadopsi menilai suatu inonasi atas dasar persepsinya tentang karakteristik inovasi tersebut. Atribut yang dipersepsikan oleh calon pengadopsi tersebut antara lain :
a.                   Relative advantage (keuntungan relatif), bahwa setiap pengadopsi lebih cenderung mangadopsi suatu inovasi yang menawarkan keuntungan bagi pengadopsi tersebut.
b.                   Compability (kesesuaian), bahwa inovasi akan diadopsi, jika sesuai dengan kebutuhan, kepercayaan dan nilai-nilai pengadopsi tersebut.
c.                   Coplexity (kerumitan), pengadopsi hanya akan mengadopsi inovasi yang bagi dirinya tidak terlalu rumit dalam penggunaannya dan tentu saja tidak mempersulit pengadopsi tersebut.
d.                   Triability (dapat diuji coba), inovasi tersebut dapat diuji coba sebelum diadopsi.
e.                   Observability (dapat diamati), dapat diteliti oleh para ahli atau masyarakat.


4. Elemen-elemen Difusi daan Inovasi

Menurut Everret Rogers (1995) dalam proses difusi inovasi terjadi interaksi antara empat komponen, yaitu :
a. Innovation yaitu adanya suatu gagasan (an idea), tindakan (practice), atau objek yang dianggap baru sehingga diadopsi baik oleh individu maupun kelompok.
b. Communication channels, difusi inovasi dapat terjadi dengan menggunakan saluran komunikasi yang berisi pesan atau ide baru.
c. Time, dalam menjalani prosesnya, difusi inovasi memerlukan waktu.
d. Social System, adalah seperangkat jaringan yang terbentuk atas dasar kebersamaan untuk memecahkan masalah atau mencapai suatu tujuan.







5. Peran Agen Pembaruan dalam Proses Difusi Inovasi

Menurut Everett M.Rogers (1995) ada tujuh peranan agen pembaruan dalam proses memperkenalkan inovasi kepada masyarakat yaitu :
a. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah
b. Mengadakan hubungan untuk perubahan
c. Mendiagnosis masalah
d. Menciptakan motivasi untuk berubah pada diri pengadopsi
e. Merencanakan tindakan pembaruan
f. Memelihara program pembaruan dari berbagai hambatan
g. Menciptakan kemandirian pengadopsi

Dalam menjalani perannya, aadabeberapa faktor yang menunjang keberhasilan agen pembaruan tersebut, yaitu : a)gencarnya usaha promosi; b)lebih berorientasi pada klien; c)bekerjasama dengan tokoh masyarakat; d)kredibilitas agen pembaruan di mata klien.

6. Proses Adopsi Inovasi

Proses difusi inovasi dapat berjalan secara efektif melalui lima tahapan sebagai berikut :
a. Inovasi harus dimulai dengan membuat calon pengadopsi tahu, paham, atau mengerti tentang isi inovasi tersebut.
b. Sepanjang tahap pengetahuan terebut, ditanamkan dan diyakinkan pula manfaat inovasi tersebut.
c. Atas dasar pemahaman terhadap makna inovasi serta didukung oleh semangat dan tekad untuk menerapkan
d. Partisipasi atasan tidak boleh turun atau lemah sampai semuatelah terbiasa bekerja secara otomatis sesuai dengan prinsip inovasi yang diterapkan.
e. Apabila tujuan inovasi telah tercapai dan menjadi acuan sehari-hari dan masuk dalam kebiasaan atau budaya kerja maka pada saat itu institusi pendidikan harus mampu menciptakan lagi  inovasi lain yang dapat membuat pembelajaran lebih berkualitas.
7. Institusionalisasi Inovasi
Menurut Miles, Eckholm, and Vandenburghe (1978) dalam Reiser dan Demsey (2002), menyatakan institusionalisasi (pelembagaan) terjadi keika suatu inovasi terasimilasi ke dalam struktur organisasi dan dengan inovasi tersebut terjadi perubahan-perubahan secara stabil. Dengan demikian pelembagaan adalah penggunaan yang rutin dan pelestarian dari inovasi dalam suatu struktur atau budaya organisasi (Seels & Richey,2000:51). Sedangkan tujuan pelembagaan adalah untuk mengitegrasikan inovasi dalam struktur dan kehidupan organiasi.
Menurut The Regional Laboratory for Educational Improvement of the Northeast and Islands (Eisemen, Fleming, & Roody;1990), ada enam indikator institusionalisasi yang secara umum dapat diterima, yaitu :
a. Diterima oleh peserta yang relevan suatu persepsi bahwa inovasi memiliki legitimasi
b. Inovasi bersifat stabil dan digunakan secara rutin
c. Penggunaan inovasi secara luas meliputi seluruh lembaga dan orgnisasi
d. Adanya suatu harapan yang pasti untuk diterapkan dan diteruskan pemakaiannya dalam suatu institusi atau organisasi
e. Keberlangsungan penggunaan tidak hanya oleh individu, tetapi juga menjadi juga menjadi budaya dalam organisasi dan struktur sosial
f. Adanya alokasi waktu dan dana
            Suatu inovasi dikatakan sudah melembaga dalam suatu masyarakat atau system sosial jika inovasi tersebut telah menjadi bagian dari kehidupan warganya atau sudah menjadi bagian integral dalam suatu organisasi atau system sosial.

B.     Aplikasi Teori Difusi Inovasi dalam Teknologi Pembelajaran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan inovasi dalam teknologi pembelajaran yang berimplikasi positif bagi proses belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Inovasi yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran bagi peserta didik tertentu yang menuntut pendidik menciptakan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
2. Inovasi harus berpusat atau bertitik tolak atau diciptakan atas dasar kesesuainnya bagi peserta didik sehingga mempunyai implikasi yang positif bagi kemudahan belajar bagi peserta didik.
3. Para pakar, perancang pembelajaran, dan para pendidik yang pada umumnya mensintesa suatu sistemnpembelajaran dari bentuk-bentuk inovasi yang ditarik dari seluruh subsistem pembelajaran,cenderung unutk menghsilkan inovasi pembelajaran yang komprehensif.
4. Bentuk imovai yang disesuaikan dengan kemampuan satuan pendidikan temapat inovaasi tersebut dilaksanakan cenderung akan menghasilkan inovasi yang parsial dan seadanya.
5. Tidak ada yang dapat mengklaim paling benar sepanjang belum dapat dibuktikan efektivitas dan efisiensinya terhadap hasil belajar yang diharapkan oleh dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
6. Inovasi selalu diwarnai suasana ketidakpastian mngenai efektivitasnya terhadap kualitas pembelajaran, namun selalu menciptakan perubahan yang dinamis dari waktu ke waktu dan dari lingkungan budaya yang satu ke lingkungan budaya yang lain dari peserta didik yang sama.
7. Inovasi dalam pembelajaran dapat dilaksanan baik pada sector pendidikan formal, pendidikan nonformal/kurus/pelatihan, maupun pendidikan informal pada segala macam bentuk, jalur dan jenjang pendidikan yang terkait dengan berbagai bidang kehidupan.

Dalam teknologi pembelajaran, teori difusi inovasi dapat diaplikasikan dalam pemanfaatan teknologi khususnya teknologi komunikasi dan informasi (TIK) seperti pembelajaran berbantuan computer (CAI), e-dukasi.net, siaran televisi edukasi (TVE) dan lain sebagainya. Bahkan aplikasi teknologi pembelajaran telah menghasilkan berbagai sistem pembelajaran yang inovatif, seperti :1) startegi pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM); 2) pembelajaran atraktif dan inovatif (PAINO); 3) pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL), dengan strategi process approach, life skill education, authentic assessment, inquiry base learning, problem base learning, cooperative learning, service learning, dan lain-lain.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan inovasi dalam teknologi pembelajaran, yaitu :
1. Inovasi akan terus terjadi karena didorong oleh adanya faktor luar dan faktor dalam diri manusia serta adanya interaksi antar keduanya.
2. Teori difusi innovasi dapat diaplikasikan dalam teknologi pembelajaran.
3. Tantangan terbesar pada inovasi teknologi pembelajaran adalah pada saat gagasan atau teknologi baru mulai diluncurkan.
4. Agar efektif, keberhasilan adopsi inovasi teknologi pembelajaran banyak ditentukan oleh sosialisasi gagasan yang handal dan menyeluruh; partisipasi seluruh komponen serta sumber daya manusia dalam suatu organisasi pendidikan; komitmen pimpinan puncak guna mengarahkan transformasi atau perubahan pengetahuan; sikap dan prilaku sesuai dengan harapan dan tujuan inovasi teknologi pembelajaran untuk memberikan kemudahan, fasilitas belajar, dan kegiatan pembelajaran.
5. Inovasi dalam teknologi pembelajaran terbuka suatu upaya sekali jadi, dan kemudian seluruh komponen dalam institusi akan tunduk mengikutinya denagn tertib dan disiplin.
6. Untuk keberhasilan suatu inovasi dalam teknologi pemblajaran ada beberaa hal yang harus diantisipasi, dipersiapkan serta dilaksanakan tahap deni tahap sehingga inovasi diterima (diadopsi) dengan baik.
7. Lakukan inovasi secara sistematis, sehingga tujuan inovasi dapat dicapai.     

  



     













BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Inovasi ialah suatu perubahan yang baru yang menuju kearah perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya yang dilakukan dengan sengaja dan berencana ( tidak secara kebetulan saja).
Dalam teknologi pembelajaran, teori difusi inovasi dapat diaplikasikan dalam pemanfaatan teknologi khususnya teknologi komunikasi dan informasi (TIK) seperti pembelajaran berbantuan computer (CAI), e-dukasi.net, siaran televisi edukasi (TVE).

B.  Saran
Kepada inovator, lakukanlah sebuah inovasi yang bersifat jangka panjang, yang sesuai dengan kebutuhan, harapan, perkembangan zaman, dan mudah dijalankan oleh masyarakat luas. Bagi pengadopsi inovasi sebaiknya tidak dahulu berprasangka buruk terhadap sebuah inovasi yang lahir, kita sebagai pengadopsi dapat melakukan sebuah training atau uji coba terhadap perubahan yang ada.
















DAFTAR PUSTAKA
Drs.Bambang Warsita.2008.Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya.Jakarta: Rineka Cipta